Nama : Mutiara Wahyu Sekartaji
Kelas :
2EA26
NPM : 16213247
TUGAS I KEMELUT
DI GOLKAR (TINJAUAN DARI SISI HUKUM)
I.
BABAK BARU KEMELUT PARTAI
GOLKAR
Rasanya tak
ada henti-hentinya gonjang-ganjing politik ditubuh partai Golkar. Pada awalnya
saya mempercayai bahwa perpecahan ini adalah hanya upaya setting pangung
politik saja untuk bargaining position partai saja dengan pemerintah, seperti
drama politik dua kaki yang selama ini di praktekkan oleh Golkar. Namun
ternyata dugaan saya keliru seratus persen, ternyata golkar ternyata telah
mengalami pergeseran budaya partai dan kepentingan partai. Pada awalnya mereka
hanya mempercayai bahwa tidak ada hal yang lebih penting selain partai
golkar itu sendiri, dibanding tentang siapa yang memegang kekuasaan di dalam
Golkar. Paradigma itu telah bergeser kepada kepentingan kekuasaan saja, dan
telah susah untuk di konsolidasikan antara kepentingan penguasa satu dengan
penguasa lainnya di tubuh partai Golkar, dan kini golkar telah turun derajat
seperti partai-partai lainnya yang pengurusnya sibuk mengurusi perutnya
sendiri-sendiri dibanding kebesaran nama partai golkar sebagai rumah besar.
Pertarungan kubu Abu Rizal Bakrie
(Ical) dan Agung Laksono ini nampaknya belum juga menemui jalannya, dan justru
semakin meruncing kepada perpecahan. Pasca sidang Mahkamah Partai Golkar yang
dipimpin oleh senior golkar Prof Muladi, ditambah lagi dengan adanya surat
keputusan dari Menkum-Ham belum juga mampu menghentikan pertarungan kedua belah
kubu, dan justru membuat kubu Ical semakin meradang, dan membuat upaya benturan
politik semakin meluas.
Pasca munculnya surat keputusan dari
Menkum Ham kubu Ical tidak berdiam diri, dengan sigap dan gerak cepat
mengumpulkan DPD I dan II yang diklaim oleh pihaknya dihadiri sekitar 400 orang
yang bertajuk rapat konsultasi nasional. Pada situasi yang lain juga
pertarungan antara kedua kubu semakin panas, sebagaimana wawancara langsung di
salah satu stasiun tv kubu Ical yang diwakili oleh Ali Muchtar Ngabalin dan
KubuAgung yang diwakili oleh Yoris Raweyai. Dalam wawancara tersebut mereka
saling tuding bahwa munas mereka lah yang paling sah, dan munas lainnya
“abal-abal”, dan kemudian dari wawancara itu berbuntut panjang sampai terjadi
pemukulan oleh orang yang tidak dikenal kepada Ali Muchtar Ngabalin saat
menghadiri gelar pertemuan di hotel Sahid.
Konsolidasi yang digelar oleh kubu
Ical menyepakati bahwa pihak Ical akan mengajukan gugatan ke pengadilan Jakarta
Barat tentang keabsahan dualisme kepengurusan ini. Pada situasi yang lain,
pihak koalisi KMP yang diwakili oleh Akbar Tanjung dan Amien Rais pun turun
gunung untuk menyampaikan kekecewaannya kepada pemerintah (menkum Ham)
diberbagai media. Mereka menandaskan bahwa pemerintah sesegera mungkin
menghentikan intervensinya kepada Partai Politik yang tengah berkemelut (Golkar
dan PPP), dan memberikan kekeluasaan kepada Partai Politik untuk menyelesaikan
kemelutnya. Selain langkah upaya hukum yang ditempuh, mereka juga menempuh
jalur politik dengan mengelindingkan isu akan mengajukan hak angket via komisi
III untuk menyelidiki keputusan menkum Ham mengenai pengesahan kepengurusan
Golkar kubu Agung Laksono.
Jika kubu Ical sibuk untuk melakukan
counter atas keputusan yang disampaikan oleh MenkumHam, maka hal berkebalikan
dilakukan oleh kubu Agung Laksono. Karena merasa telah mendapatkan pengakuan
secara yuridis atas kepengurusannya di Golkar dari MenkumHam, mereka langsung
mengelar berbagai pertemuan, baik untuk melakukan konsolidasi maupun safari
politik untuk mendapatkan legitimasi dari pihak eksternal. Langkah Agung
Laksono konsolidasi dilakukan untuk kembali menata ulang dan melakukan
restrukturisasi organisasi baik di level DPD I dan DPD II, hingga tidak
segan-segan melakukan pengantian kepengurusan yang dianggap tidak berpihak
dengan kepengurusan Agung Laksono. Untuk membangun legitimasi publik atas
keabsahan kepengurusannya, pihak agung laksono langsung melakukan safari
politik ke Nasdem sekaligus menegaskan bahwa Golkar akan segera merapat ke KIH.
Apa yang akan terjadi di kemudian
hari jika terus konflik?
Konflik politik yang tidak kunjung
selesai ini sejatinya telah menggerus banyak tenaga, baik di internal partai
Golkar maupun masyarakat. Rasanya susah sekali untuk move on dan segera fokus
untuk membangun bangsa. Bukan tidak mungkin akan terjadi perpecahan dalam tubuh
Golkar jika terjadi secara berlarut-larut dan bisa saja Golkar akan tertinggal
momentum penting Pilkada langsung. Keberadaan Golkar di daerah yang masih kuat
dan perpecahan yang terjadi di tingkat kepengurusan DPP akan mengobrak-abrik
soliditas partai di level daerah. Sudah barang tentu jika hal ini terjadi maka
Golkar akan tidak dapat apa-apa dalam level pertarungan di Daerah.
Pada level Nasional pun saya kira
akan terjadi hal yang sama, perpecahan kepengurusan ini akan berdampak pada
soliditas fraksi golkar di senayan, dengan demikian Golkar akan kembali gigit
jari karena tidak akan mendapatkan apa-apa dari pertarungan ini. Justru yang
akan di untungkan adalah partai-partai seperti hal nya Demokrat, Nasdem,
Gerindra, dan lain-lainnya. Selain itu, dari upaya memperoleh kemenangan dari
pertarungan ini akan membuat konsentrasi dan fokus partai Golkar dalam capaian
target partai dalam berbagai pemilu baik Pilkada maupun nasional akan terjadi
penurunan secara drastis, hal ini dikarenakan energi mereka telah habis
terkuras dalam pertarungan internal, juga akan kesulitan untuk mengkonsolidasi
perpecahan di daerah. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perolehan suara
partai golkar akan anjlok sebagaimana nasib yang dialami partai Demokrat pada
pemilu yang lalu, dan akan ditinggalkan oleh konstituennya pada saat mendatang.
Sebagai partai yang besar dan telah
kenyang bermain dalam pangung politik, seharusnya mereka sesegera mungkin bisa
keluar dari kemelut ini. Berlarut-larutnya konflik ini tidak akan membawa
keuntungan bagi partai, namun hanya memuaskan hasrat politik sebagian orang
saja dalam upayanya membangun dan mempertahankan kekuasaan. Capain partai
golkar yang pasca reformasi hingga kini tetap dinobatkan sebagai partai
terbesar diantara PDIP dan lainnya, seharusnya disadari sebagai sebuah
kepercayaan masyarakat yang harus tetap dijaga dengan baik. Bukan justru
berkonflik untuk berebut kekuasaan didalam, yang justru akan membawa dampak
kerugian bagi partai sendiri.
II.
DEMOKRAT VS
GOLKAR, ATAU SEKEDAR DAGELAN?
Bukan sekali ini saja pertengkaran
kader Demokrat dan Golkar pernah tersulut. Demokrat dan sejumlah parpol baru
bisa dikatakan merupakan sempalan dari Golkar, itu jika melihat dari manuver
kader-kadernya. Bicara soal kader, dahulu pernah ada isu rasisnya om Poltak
yang bikin Fuad Bawazier. Nah, sekarang ada lagi isu pencemaran nama baik
antara Ramadhan Pohan dan Ical. Makin ramai saja sandiwara politik yang
ditampilkan di DPR, lebih seru dan lebih lebai. Pintarnya lagi si Ramadhan
Pohan mengambil momentum dengan membawa nama aspirasi rakyat. Oh, jadi kalau
menyangkut partai lain labelnya aspirasi rakyat, sedangkan kalau menyangkut
partai sendiri labelnya apa ya?
Sebaiknya Ramadhan Pohan itu kalau
mau bicara aspirasi rakyat, lihat dulu ke dalam partainya. Bagaimana aspirasi
rakyat atas konflik yang terjadi di negara dan menyangkut rekan-rekan
sejawatnya di Demokrat. Tetapi bisa jadi karena Demokrat sedang disudutkan oleh
media-media mainstream makanya si Pohan yang satu ini hendak mengambil momentum
membersihkan citra kader-kader Demokrat. Paling tidak kalau sedang ada Anas
atau Angie yang lagi disorot publik dengan pemberitaan negatif, tetapi ada pula
yang mirip Ramadhan Pohan yang masih memerhatikan rakyat. Masyarakat seperti
sedang disajikan permainan spekulasi segelintir manusia berkedok
"penyelenggaraan kepemerintahan", tidak bisa ikut andil namun
dampaknya dapat dirasakan. Hanya jadi penonton yang setiap 4 tahun sekali harus
memilih dan memberikan suaranya dengan terpaksa, dipaksa oleh keadaan yang
serba carut marut dan harapan absurd bahwa kutukan ini segera berakhir.
Sementara Golkar sendiri, jika
melihat secara personal kadernya semisal Ical yang marah dikaitkan dengan
perusahaan di Bima dan istilah "Mesin ATM" yang digunakan oleh
Ramadhan Pohan, jelas tak ingin isu tersebut menciderai popularitas dirinya dan
juga partai yang dia pimpin. Adapun Pohan tampaknya berusaha membidik soal
dana-dana yang masuk ke partai jebolan orde baru itu. Di sisi lain saat ini
partainya sedang dibongkar, baik oleh media, LSM, DPR dan juga dicurigai
masyarakat seputar aliran dananya. Lihat saja keterangan Nazaruddin mengenai
sejumlah uang yang beredar di acara kongres Demokrat. Artinya, sumber keuangan
partai pemenang pemilu itu sedang dibedah mengenai kehalalannya. Lalu apakah
Pohan justru ingin berbalik menyasar kepada Golkar yang mana fraksi partai
beringin tersebut paling getol berkoar sejak pansus Century, dan menyerempet
kepada sejumlah oknum kader partai Demokrat. Apakah isu ini akan menjadi bola
panas yang bergulir menabrak partai-partai besar sehingga mereka harus pasang
badan? Dan apakah karena keberadaan isu ini maka Setgab koalisi akan bubar grak
jalan? Kita tunggu saja kelanjutan sinetron ini hingga season berikutnya.
Hahaha... "Memerhatikan suara
rakyat" adalah jargon dan slogan yang paling gampang dimanipulasi. Kalau
aktornya menyangkut kelompok keagamaan biasanya kata rakyat diganti kata umat.
Saya ingat sekali waktu si Ical pidato dan ditayangkan TVOne, tentang visi
Indonesia 100 tahun ke depan menurut versinya, yakni gambaran bangsa yang besar
dan bermartabat. Namun bagaimanakah caranya agar bangsa ini menjadi bermartabat
kalau dididik dengan intrik politik yang culas, lebai, korup, mafioso, dsb.
Yang ada malah bangsa ini tetap saja jadi cheerleader bangsa lain. Menariknya
adalah adanya pertengkaran-pertengkaran macam ini justru semakin membikin laku
para pengamat untuk tampil berbusa di televisi bikin prediksi macam cenayang.
Pun stasiun televisinya tambah asoy, karena media saat ini juga sudah jadi
corong partai politik atau pemodal-pemodal kakap.
Indonesiah, Indonesiah, saya cari
aman dan pragmatis saja ah. Daripada ikut-ikutan menyuarakan aspirasi rakyat
dan memberikan suara saya di ajang pemilu, lebih baik masuk partai abstain
sejahtera.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar