NPM : 16213247
Kelas : 4EA26
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
Hikmah
Is’ada Rahmawati*
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Sejarah Artikel:
Diterima Januari 2013
Disetujui Februari 2013
Dipublikasikan Maret 2013
Keywords:
Earnings Management; Board of Independent Commissioner; Independent Audit
Committee; Managerial Ownership.
Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance yang diukur dengan dewan komisaris
independen, komite audit independen, dan kepemilikan manajerial terhadap
manajemen laba. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 21 peru-
sahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dewan komisaris independen, komite audit
independen, dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap
manajemen laba. Pengujian secara parsial menunjukkan dewan komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit independen
dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Simpulan
dari hasil penelitian ini adalah mekanisme good
corporate governance yang digunakan yaitu dewan komisaris independen,
komite audit independen, dan
kepemilikan
manajerial secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. Pengujian
secara parsial menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit independen dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of corporate
governance mechanisms as measured by an board of independent commissioner,
independent audit committee and managerial ownership on earnings management.
Sampling was purposive sampling method, in order to obtain a sample of 21
banking companies listed on The Indonesia Stock Exchange in the year of
2009-2011. The result shows that board of independent commissioner, independent
audit committee and managerial ownership simultaneously influence the
earnings management. Partial examination
shows that board of independent commissioner negatively influence the earnings
management, while independent audit committee and managerial ownership did not
influence the earnings management. The conclusions of this research is good
corporate governance mechanism used is an board of independent commissioner,
independent audit committee and managerial ownership simultaneously influence
the earnings management. Tests showed that the board of independent
commissioner negatively influence the earnings management, while an independent
audit committee and managerial ownership did not influence the earnings
management.
© 2012 Universitas Negeri Semarang
* Alamat
korespondensi: ISSN
2252-6765
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang,
50229 E-mail: hikmah_isada@yahoo.com
Pendahuluan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kelonggaran
dalam memilih metode atau kebijakan akuntansi yang digunakan oleh tiap
perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan yang dikarenakan peraturan
perundangan atau standar akuntansi yang berbeda penerapannya atau diperkirakan
akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam
laporan keuangan. Kelonggaran dalam metode atau kebijakan ini yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai laba yang berbeda-beda di tiap
perusahaan. Perusahaan yang memilih metode penyusutan garis lurus akan berbeda
hasil laba yang dilaporkan dengan perusahaan yang menggunakan metode angka
tahun atau saldo menurun (Boediono, 2005). Pilihan metode akuntansi yang secara
sengaja dipilih manajemen untuk tujuan tertentu disebut manajemen laba atau earnings management (Halim dkk., 2005
dalam Setiawati, 2010).
Jensen dan Meckling (1976) dalam Ujiyantho (2006)
menyebutkan bahwa manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi
karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen perusahaan (agent) atau yang disebut dengan agency conflict. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung
jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik, namun di sisi lain manajer
juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada
kemungkinan besar agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik
prinsipal.
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik
kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang
bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kepentingan tersebut (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007). Corporate governance
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan
mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate
governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih
transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan
dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring
dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya
menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007).
Secara global, tuntutan pelaksanaan good corporate governanace (GCG) semakin menguat setelah runtuhnya
beberapa raksasa bisnis dunia seperti Enron dan Worldcom di AS, serta tragedi
jatuhnya HIH dan One-tel di Australia (Alijoyo, 2003 dalam Ujiyantho, 2006).
Boediono (2005) menyatakan bahwa dalam kurun waktu tahun 1998 sampai tahun
2001, tercatat telah terjadi banyak skandal keuangan di perusahaanperusahaan
publik dengan melibatkan persoalan laporan keuangan yang pernah diterbitkannya.
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti kasus PT Lippo Tbk dan PT
Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi. Sementara menurut media masa, lebih banyak lagi
perusahaan-perusahaan non publik melakukan pelanggaran yang melibatkan
persoalan laporan keuangan. Sedangkan Alijoyo, et al. (2004) dalam Yunanto (2010) menyebutkan pada PT Century Tbk
juga terjadi skandal keuangan yang melibatkan manipulasi laporan keuangan.
Mekanisme monitoring pertama yang digunakan untuk menyelaraskan
berbagai kepentingan dapat dilakukan melalui peran monitoring dewan komisaris
independen. Nasution dan Setiawan (2007) berhasil membuktikan bahwa dewan
komisaris independen mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba dengan arah
yang negatif. Hal ini menandakan bahwa mekanisme corporate governance yang diajukan melalui keberadaan pihak
independen dalam dewan komisaris mampu mengurangi tindak manajemen laba yang
terjadi.
Mekanisme kedua melalui peranan komite audit independen yang
diperlukan untuk lebih meningkatkan lagi kualitas informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan perusahaan sesuai dengan tugas-tugasnya sehingga dapat
mengurangi perilaku oportunistik yang dilakukan oleh para manajer. Pamudji dan
Trihartati (2010) membuktikan bahwa komite audit independen berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Hal tersebut berarti bahwa keberadaan komite audit
independen dalam perusahaan dapat mengurangi tindak manajemen laba yang
dilakukan oleh manajer.
Mekanisme monitoring ketiga yang digunakan untuk
menyelaraskan berbagai kepentingan dapat dilakukan dengan memperbesar
kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership). Melalui kepemilikan manajerial diharapkan
kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan
manajer. Midiastuty dan Machfoedz (2003), Ujiyantho dan Pramuka (2007), serta
Iqbal (2007) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Hal tersebut berarti bahwa di Indonesia kepemilikan
manajerial mampu menjadi mekanisme good
corporate governance yang dapat mengurangi masalah ketidakselarasan
kepentingan antara manajer dengan pemilik atau pemegang saham (shareholder). Semakin banyak saham yang
dimiliki oleh manajemen maka akan semakin rendah praktik manajemen laba.
Objek penelitian pada
penelitian ini adalah perusahaan perbankan. Industri perbankan mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Industri perbankan
mempunyai regulasi yang lebih ketat dibandingkan dengan industri lain, misalnya
suatu bank harus memenuhi Capital
Adequacy Ratio (CAR) minimum dan menyediakan laporan keuangan sebagai salah
satu penentuan sehat atau tidaknya suatu bank oleh Bank Indonesia (Setiawati
dan Na’im, 2001 dalam Nasution dan Setiawan, 2007). Industri perbankan
merupakan industri kepercayaan. Jika investor berkurang kepercayaannya karena
laporan keuangan yang bias akibat tindakan manajemen laba, maka mereka akan
melakukan penarikan dana secara bersama-sama yang dapat mengakibatkan rush. Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/
PBI/2006 menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi
kepentingan stakeholders dan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan, maka diperlukan
pelaksanaan good corporate governance pada industri perbankan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka judul penelitian
mengenai “Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance (GCG) Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011” menjadi
penting untuk diteliti.
Metode
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011. Adapun
populasi perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun
2009 sampai dengan tahun 2011 adalah 28 bank.
Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah perusahaan
perbankan yang secara konsisten terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun
2009-2011, perusahaan perbankan tersebut mempublikasikan laporan keuangan
tahunan (annual report) pada periode
31 Desember 2009 – 31 Desember 2011, tidak mengalami rugi selama periode
pengamatan, serta data tersedia lengkap, baik untuk mendeteksi manajemen laba
maupun untuk mengetahui mekanisme good
corporate governance. Pemilihan sampel berdasarkan kriteriakriteria
tersebut menghasilkan sampel sebanyak 21 bank. Sehingga jumlah unit analisis
data pada penelitian ini adalah 63 unit.
Variabel Penelitian
1 . Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba
yang diukur dengan menggunakan proksi discretionary
accruals. Discretionary accruals (DA)
adalah komponen akrual yang memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi
dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dilaporkan dalam laporan
keuangan tidak mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan yang sesungguhnya
(Guna dan Herawaty, 2010). Discretionary
accruals dihitung dengan menggunakan Modified
Jones Model dengan langkah-langkah
sebagai berikut (Ujiyantho dan Pramuka, 2007):
Mengukur total akrual.
TAC
= NI – CFO
Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan
persamaan regresi
TACt/
At-1 = 1
(1/ At-1) + (ΔREVt/At-1)
+ 3
(PPEt/ At-1) +e
Menghitung nondiscretionary accruals (NDA)
NDAt
= 1
(1/ At-1) + ((ΔREVt-ΔRECt)/
At-1) + (PPEt/ At-1)
Menghitung discretionary accruals
DAt
= TACt/ At-1 - NDA t
Keterangan :
TAC
|
: total akrual (Total accruals)
|
NI
|
: laba bersih operasi (net income)
|
CFO
|
: aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operation)
|
At-1
|
: total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1
|
ΔREVt
|
: perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun
t
|
ΔRECt
|
: perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
|
PPEt
|
: aktiva tetap (property,
plant and equipment) perusahaan tahun t
|
NDAt
|
: nondiscretionary accruals pada tahun t
|
DAt
|
: discretionary
accruals perusahaan i pada periode t
|
:
fitted coefficient yang diperoleh
dari hasil regresi pada perhitungan total
accruals
2. Variabel Independen
a. Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen
adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan
komisaris lainnya, direksi dan/ atau pemegang saham pengendali atau hubungan
lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (PBI No.
8/4/ PBI/2006). Dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah
dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam
susunan dewan komisaris perusahaan (Farida, Yuli, dan Eliada, 2010). Skala data
yang digunakan adalah skala rasio.
b.Komite Audit Independen
Komite audit independen adalah
anggota komite audit yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan dewan komisaris, direksi
dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (SE BI No. 9/12/DPNP).
Komite audit independen pada penelitian ini diukur berdasarkan persentase
jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap
seluruh anggota komite audit (Guna dan Herawaty, 2010). Skala data yang
digunakan adalah skala rasio.
c. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dapat
diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Hanifah,
2010). Dalam penelitian ini digunakan variabel dummy. Apabila terdapat proporsi
kepemilikan saham oleh manajerial, maka diberi nilai 1, sedangkan apabila tidak
terdapat kepemilikan manajerial, maka diberi nilai 0 (Astuti, 2004). Skala data
yang digunakan adalah skala nominal.
Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang periode laporannya
berakhir pada 31 Desember 2009 sampai dengan 31 Desember 2011. Data sekunder
yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data yang digunakan
merupakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (annual report) yang mencakup laporan keuangan, yang digunakan untuk
mendeteksi manajemen laba dan data corporate
governance untuk mengetahui pelaksanaan mekanisme good corporate governance melalui Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ).
Metode Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel penelitian. Pengukuran
statistik deskriptif yang digunakan mencakup nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum,
dan standar deviasi.
2 . Analisis Inferensial
a. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2011). Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(K-S).
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas
bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antarvariabel bebas (independen) (Ghozali, 2011). Uji multikolonieritas ini
dilihat dari nilai tolerance dan VIF
masing-masing variabel independen.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedatisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)
(Ghozali, 2011). Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Run Test.
b. Analisis Regresi Berganda
Model regresi linier berganda (multiple regression) dilakukan terhadap model yang diajukan dengan
menggunakan software SPSS untuk
memprediksi hubungan antara mekanisme good
corporate governance yaitu dewan komisaris independen, komite audit
independen, dan kepemilikan manajerial dengan manajemen laba yang diukur dengan
rumus sebagai berikut:
Y = β0 + 1X1 + β2X2 + 3Dum3 +
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan koefisien determinasi (R2), uji
signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji signifikansi parameter
individual (uji statistik t).
Pembahasan
Hasil Penelitian
Statistik Deskriptif
Tabel statistik deskriptif pada
Tabel 1. menunjukkan bahwa nilai minimum DA sebesar 0,0002, nilai maksimum
0,3504, mean 0,112056
Tabel 1. Statistik Deskriptif
N Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
DA 63 .0002
|
.3504
|
.112056
|
.0829023
|
DKI 63 33
|
100
|
55.79
|
10.130
|
KAI 63 33
|
75
|
60.06
|
12.614
|
KM 63 0
Valid
N (listwise) 63
|
1
|
.40
|
.493
|
dan standard deviasi sebesar
0,0829023. Variabel DKI mempunyai nilai minimum 33, nilai maksimum 100, mean
55,79 dengan standard deviasi 10,130. Variabel KAI nilai minimum 33, nilai
maksimum 75, mean 60,06 dengan standard deviasi 12,614. Variabel KM nilai minimum
0, nilai maksimum 1, mean 0,40 dengan standard deviasi 0,493. Analisis
Inferensial
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Data
Tabel 2. menunjukkan bahwa
besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 0,805 dan signifikan pada 0,537. Nilai siginifikansi 0,537 > 0,05
maka dapat dikatakan bahwa uji normalitas data terpenuhi.
Uji Multikolonieritas
Tabel 3. menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai tolerance kurang
dari 0,10 dan nilai VIF untuk masingmasing variabel independen juga tidak ada
yang lebih dari 10. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
multikolonieritas antarvariabel independen dalam model regresi.
Sumber
: Data sekunder diolah, 2012
Tabel 2. Uji Normalitas
Test
distribution is Normal.
|
|
Undstandarized Residual
|
N
|
|
63
|
Normal Parametersa
|
Mean
|
.0000000
|
|
Std. Deviation
|
.07739004
|
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
.101
|
|
Positive
|
.101
|
|
Negative
|
-.064
|
Kolmogorov-Smirnov Z
|
|
.805
|
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
|
.537
|
Sumber: Data sekunder diolah, 2012
Tabel
3. Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistics
|
Tolerance
|
VIF
|
1 DKI
|
.938
|
1.066
|
KAI
|
.981
|
1.020
|
KM
|
.922
|
1.085
|
Dependent
Variable: DA
Sumber: Data sekunder diolah, 2012
Gambar 1. Grafik Scatterplot Sumber: Data
sekunder diolah, 2012
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 1. menunjukkan bahwa tidak terdapat pola yang jelas, titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak
terjadi heteroskedastisitas.
|
Y = 0,202 – 0,003 DKI +
0,001 KAI + 0 ,013 KM + e
Hasil persamaan regresi
berganda dapat dijelaskan sebagai berikut :
Konstanta (constant)
= 0,202, artinya bila variabel dewan komisaris independen (DKI), komite audit
independen (KAI), dan kepemilikan
|
manajerial (KM) konstan atau tetap, maka ma-
Uji Autokorelasi
Tabel
4. menunjukkan bahwa model reg- Tabel
4. Uji Autokorelasi resi penelitian ini bebas dari autokorelasi
dilihat dari nilai Test Value sebesar
-0,0147 dengan nilai signifikansi sebesar 0,897 di atas 0,05. Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 atau tidak terjadi autokorelasi.
Analisis
Regresi Berganda
Persamaan
regresi berganda berdasarkan
|
Test
Valuea
Cases < Test Value
Cases >= Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median
|
-.01471
31
32
63
33
.129
.897
|
hasil pengolahan pada Tabel 5 adalah
sebagai
berikut : Sumber : Data sekunder diolah, 2012
Model
|
|
Unstandardized
Coefficie nts
|
Sig.
|
|
|
|
B
|
Std.
Error
|
|
1
|
(Constant)
|
.202
|
.078
|
.012
|
|
DKI
|
-.003
|
.001
|
.014
|
|
KAI
|
.001
|
.001
|
.307
|
|
KM
|
.013
|
.021
|
.544
|
Tabel
5. Analisis Regresi Berganda
Dependent Variable: DA Sumber:
Data sekunder diolah, 2012
najemen laba
(DA) akan sebesar 0,202. Koefisien b1 = -0,003 dan
bertanda negatif, artinya bila dewan komisaris independen meningkat 1% maka
akan diikuti penurunan manajemen laba (DA) sebesar -0,003. Koefisien b2
= 0,001 dan bertanda positif, artinya bila komite audit independen (KAI)
meningkat 1% maka akan diikuti peningkatan manajemen laba (DA) sebesar 0,001.
Koefisien b3 = 0,013 dan bertanda positif, artinya bila
kepemilikan manajerial (KM) meningkat 1% maka akan diikuti peningkatan
manajemen laba (DA) sebesar 0,013.
Uji Hipotesis
Koefisien Determinasi (R2) Tabel
6. Koefisien Determinasi Tabel 6. menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 0,084 yang berarti 8,4% variabel manajemen laba (DA)
dapat dijelaskan oleh variabel independen dewan komisaris independen (DKI),
komite audit independen (KAI) dan kepemilikan manajerial (KM). Sedangkan
sisanya 91,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model regresi.
Uji Statistik F
Sumber: Data sekunder diolah, 2012
Tabel
7.Uji Statistik F
a.
Predictors: (Constant), KM, KAI, DKI
b.
Dependent Variable: DA
Sumber: Data sekunder
diolah, 2012
|
Tabel 7. menunjukkan besarnya
nilai F hitung adalah 2,901 dengan nilai signifikansi 0,042. Nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dewan
komisaris independen (DKI), komite audit independen (KAI), dan kepemilikan
manajerial (KM) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap manajemen
laba (DA).
Uji Statistik t
Hasil uji t dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
regresi berganda dengan hasil sebagai berikut:
Variabel dewan komisaris independen (DKI) secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan pada α
= 0,05, yaitu sebesar 0,014. Dilihat dari nilai signifikansinya kurang dari
0,05 (0,014 < 0,05) berarti hipotesis yang menyatakan dewan komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima. Dengan
demikian, dewan komisaris independen (KM) berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba (DA).
Variabel komite audit independen (KAI) secara statistik
menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada = 0,05, yaitu sebesar 0,307. Dilihat dari
nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (0,307 > 0,05) berarti hipotesis
yang menyatakan bahwa komite audit independen (KAI) berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba ditolak. Dengan demikian, komite audit independen tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba (DA).
Variabel kepemilikan
manajerial (KM) secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada α = 0,05, yaitu sebesar 0,544.
Dilihat dari nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (0,544 > 0,05)
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba ditolak. Dengan demikian, kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (DA).
Pembahasan
Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit
Independen, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba.
Hipotesis pertama yang menyatakan terdapat pengaruh dewan
komisaris independen, komite audit independen dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara simultan terhadap
manajemen laba diterima. Hasil ini ditunjukkan pada hasil pengujian secara
simultan (uji statistik F) menunjukkan semua variabel independen berpengaruh
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian juga didukung dengan nilai Adjusted R2 sebesar 8,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penjelas pada
variabel manajemen laba. Hal ini juga memiliki implikasi bahwa untuk mengurangi
manajemen laba maka dapat dilakukan dengan menerapkan good coporate governance pada perusahaan.
Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Hipotesis kedua yang menyatakan dewan komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba pada penelitian ini diterima. Hasil
ini dapat dilihat pada uji t di mana tingkat signifikansinya lebih kecil dari
0,05. Peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional
perusahaan oleh pihak manajemen telah memberikan kontribusi yang efektif
terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau
kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan sehingga dapat membatasi
manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena dengan
makin banyak anggota dewan komisaris independen maka proses pengawasan yang
dilakukan dewan ini makin berkualitas dengan makin banyaknya pihak independen
dalam perusahaan yang menuntut adanya transparansi dalam pelaporan keuangan
perusahaan.
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap
Manajemen Laba
Hipotesis ketiga yang menyatakan komite audit independen
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba pada penelitian ini ditolak. Hasil
ini dapat dilihat pada uji t di mana nilai signifikansinya lebih besar dari
0,05. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan bahwa pembentukan komite audit
independen dalam perusahaan didasari sebatas untuk memenuhi regulasi dari Bank
Indonesia di mana sesuai PBI No. 8 /4/ PBI/2006 mensyaratkan perusahaan
perbankan harus mempunyai komite audit yang paling sedikit terdiri dari seorang
komisaris independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
keuangan atau akuntansi dan seorang pihak independen yang memiliki keahlian di
bidang hukum atau perbankan. Sehingga, dalam pelaksanaannya komite audit kurang
efektif dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjalankan
pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan dengan menjunjung prinsipprinsip good corporate governance.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Hipotesis keempat yang menyatakan kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba pada penelitian ini ditolak. Hasil
ini dapat dilihat dari uji t di mana nilai signifikansinya lebih besar dari
0,05. Hal ini disebabkan sampel yang digunakan memiliki jumlah kepemilikan manajerial
yang sangat rendah.
Sehingga,
hasilnya kurang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
akan mempengaruhi aktivitas manajemen laba.
Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya
adalah dewan komisaris independen, komite audit independen, dan kepemilikan
manajerial secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. Secara parsial
hanya dewan komisaris independen yang berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Sementara komite audit independen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Dewan komisaris independen dalam penelitian ini
terbukti mampu mengurangi manajemen laba, maka diharapkan untuk mempertahankan
agar dapat membatasi manajemen laba. Komite audit independen dalam penelitian
ini terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, maka diharapkan komite
audit lebih meningkatkan pengawasan terhadap pihak manajemen agar informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan semakin baik dan berkualitas.
Kepemilikan manajerial pada penelitian terbukti tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, maka pada perusahaan perlu ditingkatkan lagi kepemilikan
manajerialnya agar kepentingan antara manajemen dan pemilik selaras sehingga
pihak manajemen tidak melakukan tindakan manajemen laba. Penambahan kepemilikan
manajerial dapat dilakukan dengan cara membeli sahamsaham perusahaan yang telah
beredar di pasar modal oleh manajer. Bagi masyarakat, terutama investor yang
akan menanamkan modal pada perusahaan diharapkan lebih teliti dan berhati-hati
dalam membaca informasi keuangan agar keputusan yang diambil tepat.
Daftar Pustaka
Astuti, Dewi
Saptantianah Puji. 2004. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Motivasi
Manajemen Laba di Seputar Right Issue. Jurnal
Universitas Slamet Riyadi Surakarta.http://ejournal.
unud.ac.id/abstrak/dewi%20saptantianah%20 puji%20astuti.pdf.
Boediono,
Gideon S. B. 2005. Kualitas Laba: Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Dampak Manajemen Laba. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII Hal
172-194. Solo.
Farida,
Yusriati Nur, Yuli Prasetyo, dan Eliada Herwiyanti. 2010. Pengaruh Penerapan
Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earnings Management Dalam Menilai
Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Volume 12, No. 2, Hlm. 69-80, Agustus
2010.
Ghozali,
Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Guna, Welvin
I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,
Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi
Volume 12 No. 1 April 2010.
Hanifah,
Riziki. 2010. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Iqbal,
Syaiful. 2007. Corporate Governance sebagai Alat Pereda Praktik Manajemen Laba
(Earnings Management). Jurnal Ventura
Volume 10 No. 3, Desember 2007.
Midiastuty,
Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate
Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Nasution,
Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Pamudji,
Sugeng dan Aprillya Trihartati. 2010. Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite
Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Dinamika Akuntansi Volume 2 No. 1 Hal. 21-29 Maret 2010.
http://journal.unnes.ac.id/index. php/jda.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum.
Setiawati,
Koosrini. 2010. Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank
Umum Syariah. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Surat Edaran Bank Indonesia No.
9/12/DNDP.
Ujiyantho,
Muh. Arief. 2006. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan dalam
Hubungan Keagenan. Makalah. http://www.
freewebs.com/stiemuhpekl/asimetri%20informasi.doc.
Ujiyantho,
Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Yunanto,
Hafizh. 2010. Pengaruh Pelaksanaan Good
Corporate
Governance terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi. Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”.
Sumber : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj/article/view/1136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar